(Tulisan ini adalah penuturan langsung dari yang menderita sakit, dan didampingi beberapa sanak keluarganya saat menceritakannya. Penulis hanya menuturkannya dalam bentuk cerita, dan pembaca berhak penuh untuk meyakini atau tidak, hal-hal yang termuat dalam cerita)
Oleh : Candra Malau
Hari sudah petang, saat penulis tiba di kampung itu. Melaju menggunakan sepeda motor dan berboncengan bersama teman penulis, akhirnya tibalah di depan rumah yang dituju. Sebuah rumah setengah permanen. Cat rumah itu sudah tampak kusam. Bahan konstruksinya seperti papan, tiang dan seng-nya tampak sudah termakan usia.
Laki-laki yang hendak ditemui penulis, duduk di teras rumah. Dia duduk di kursi roda. Mengenakan celana pendek, berbahan tipis berwarna hijau, yang warnanya sudah tampak lusuh. Dia tak mengenakan baju. Raut wajahnya tampak bagaikan orang yang sudah kenyang makan asam garam kehidupan. Dia ditemani anak laki-lakinya yang berusia belasan tahun.
“Horas,” katanya, menyambut salam penulis, sambil menjulurkan tangannya untuk bersalaman.
Senyumnya tampak tulus, tersungging di bibirnya yang dibalut kumis tidak terlalu tebal.
“Silahkan duduk,” ujarnya, seraya mempersilahkan penulis duduk di kursi plastik yang ada di teras rumahnya.
Dialah Tohap (nama samaran), laki-laki yang usianya menginjak 40-an tahun, saat bertemu dengan penulis. Menurut pengalamannya, sejak awal dirinya sangat yakin penyakit yang dideritanya bukanlah penyakit gagal ginjal dan darah tinggi, sebagaimana diagnosa medis. Dia yakin betul, dirinya sakit karena guna-guna atau berhubungan dengan hal mistis (santet).
Saat ditemui, dia duduk di kursi roda. Kaki kanan diselonjorkan lurus ke depan, diletakkan sedemikian rupa, di penyangga yang didesain di kursi roda, untuk meletakkan kaki yang sakit. Lututnya dibungkus dengan lilitan kain putih. Uap minyak urut menyeruak ke penciuman. Uap itu bersumber dari lilitan kain di lututnya itu.
“Udah makin mendingan sekarang. Badanku udah terasa makin enak. Cuma belum bisa berdiri,” katanya di awal perbincangan dengan penulis, pada awal Juni 2022, di teras rumahnya, di sebuah kampung di Kabupaten S, Provinsi Sumatera Utara.
Sebuah ember berukuran kecil bekas tempat cat tembok, diletakkan tepat sejajar di bawah lilitan di lututnya. Embernya sengaja diletakkan di situ, untuk menampung tetesan obat minyak urut, yang ditiriskan ke lilitan kain di lutut supaya meresap ke kulitnya.
Sore itu, anak lelaki Tohap meniriskan minyak urut ke lutut bapaknya. Minyak itu ditaruh di botol Aqua. Tutup botol itu diberi lobang seukuran paku sedang. Minyak mengalir dari lubang itu, saat pantat botol dimiringkan dan bagian tutup itu diarahkan ke bagian kaki Tohap yang sakit.
Sudah sejak tahun 2013 dia menderita sakit. Banyak obat medis yang sudah dilahapnya.
Dia juga sudah banyak bertatap muka dengan sejumlah paranormal, untuk berkonsultasi dan meminta obat atas sakit yang dideritanya. Namun, dari sekian banyak aral melintang yang dilalui itu, keyakinan Tohap lebih besar kepada paranormal yang mengobatinya belakangan ini. Seorang perempuan paruh baya. Tinggal di kecamatan yang sama dengan Tohap.
Sembari mempersilahkan penulis menyeruput teh kopi buatan anaknya, Tohap mulai bercerita bagaimana awal mula dirinya menderita sakit.
Malam itu, tahun 2013, sekitar pukul 19.30 WIB, selepas makan malam, dirinya berbaring di ruang tamu sambil menonton siaran televisi. Kondisi fisiknya sehat dan tidak ada masalah. Tak tau apa penyebabnya, tiba-tiba dari hidungnya, menyucur darah. Bukan hanya menetes sedikit. Alirannya deras. Dia mencoba mengangkat kepalanya dan menyondongkan ke belakang. Maksudnya untuk mencoba hentikan aliran mimisan itu.
“Tapi tak mau berhenti. Mengalir kencang,” ujarnya.
Istri dan anak-anaknya panik. Beberapa sanak famili yang juga tinggal di kampung itu segera dipanggil. Pertolongan pertama seadanya diberikan. Lobang hidung Tohap yang mengeluarkan darah disumbat pakai kapas. Kapas itu digonta-ganti jika darah sudah mengental. Dalam keadaan panik, malam itu juga, Tohap dibawa ke rumah sakit.
Diagnosa medis menyatakan mimisan itu akibat tekanan darah tinggi. Mendapat penanganan medis, mimisan itu berhenti. Tohap diopname untuk pemulihan.
Semenjak itu, dia tidak merasakan pulih total kesehatannya seperti sedia kala. Penyakit darah tinggi yang diidapnya sebagaimana hasil diagnosa medis, kemudian membawa efek lain pada dirinya. Gagal ginjal. Medis mendiagnosa, penyakit itu muncul lagi pada diri Tohap sekitar setahun kemudian. Setelah melalui penanganan medis, akhirnya dia diputuskan untuk melakukan cuci darah secara rutin. Cuci darah itu dijalaninya sejak tahun 2015 hingga sekarang.
“Waktu dibilang mau cuci darah, kutanya-nya perawatnya. Bisanya nanti ini sembuh? Dibilang, ‘bisa, pak. Enam bulan mungkin udah sembuh itu’ Rupanya, sampai sekarang masih tetap harus rutin cuci darah,”ujarnya setengah tertawa.
Meski dirinya sedang mendapat perawatan berjalan dari medis, namun pada saat itu, dirinya masih bisa beraktifitas, walau tenaganya sedikit berkurang dari sedia kala. Dia masih bisa mencangkul, mengendarai sepeda motor, dan aktifitas sehari-hari lainnya.
Hingga pada suatu hari, ada sebuah kejadian yang menurutnya tak lazim, menghinggapi dirinya. Kejadian itu, menguatkan keyakinannya di awal, bahwa penyakit yang menimpa dirinya, bukan murni sebagaimana diagnosa medis. Tapi, ada hal yang berkaitan dengan mistis.
BERSAMBUNG..