WAHANA INFO, BANYUWANGI – Bukan sesuatu yang asing lagi ketika melihat Ganjar Pranowo melakukan blusukan. Aktivitas itu menjadi rutinitasnya sebelum ngantor ke Gubernuran di Jalan Pahlawan Kota Semarang.
OLEH : SANUSI
di Banyuwangi
Memang, istilah blusukan identik dengan Jokowi ketika menjabat Wali Kota Surakarta hingga moncer menjadi Gubernur DKI Jakarta. Bahkan, meskipun menjadi orang nomor satu di Indonesia, Jokowi tetap mempertahankan nafas kepemimpinan yang ditiupkan oleh Megawati kepada para kadernya. Hal ini sesuai dengan esensi Marhaenisme yang dirumuskan Bung Karno.
Tak hanya Jokowi saja, seluruh kader PDIP di mana pun tempatnya sudah biasa melakukan blusukan dan bersilahturahmi dengan para rakyatnya. Begitu pula Ganjar Pranowo yang selalu bersinggungan dengan rakyat. Itulah yang dilakukan Ganjar, tiap hari terus membersamai wong cilik. Tentu, dia melakukan kegiatan itu dengan gayanya sendiri.
Kebiasaannya ini kerap kita lihat sebelum Ganjar memakai seragam dinasnya. Bak atlet lari, dia berkaus, mengenakan celana trining, lengkap dengan sepatu kets berjalan meninggalkan Puri Gedeh. Tak jarang juga menyamar pesepeda lalu mendatangi dan menyapa warganya secara langsung di perkampungan, melewati gang-gang sempit, pasar tradisional, sekolah, dan lain-lain.
Di sejumlah tempat itulah Ganjar menerima informasi dari warganya. Selain keadaan warga yang tinggal di situ, dia juga mendengar langsung permasalahan yang ada dan masukan dari masyarakat. Dari mulut ke mulut, tidak lewat bawahannya yang diminta terjun ke lapangan. Bukannya tak percaya, justru sebagai pemimpin itu harus sering bersama rakyatnya.
Hasil-hasil yang didapatkan dari blusukan kemudian diramunya menjadi dasar membuat kebijakan yang berpihak dan sekaligus mensejahterakan rakyatnya. Tak berhenti disitu lantas blusukan berhenti. Dia tetap melakukannya walau kebijakan telah diteken, walau benang kusut persoalan warganya telah terurai. Orang nomor satu di Jawa Tengah ini masih melakukan kebiasaan paginya sebagai langkah manajemen kontrol.
Keaktifan Ganjar seperti itu juga dilakukan sampai ke pelosok desa-desa. Dia rutin roadshow menyapa dan mendengar aspirasi masyarakatnya secara dekat tanpa sekat. Bahkan sejak awal periode pertama, Ganjar sudah biasa tidur di rumah warga. Itulah jenis blusukan manual yang dilakukannya, sama seperti Jokowi.
Namun, selain menjadi kader bangsa, Ganjar juga pantas didapuk sebagai kader inovatif. Kenapa inovatif? Karena dia dapat bersama rakyat walau lewat media sosial. Memang terdengar aneh sih. Blusukan kok digital? Ya, di era digitalisasi yang dituntut cepat ini, apalagi ketika pandemi merajalela. Mau tak mau kita harus tetap berkomunikasi lewat handphone.
Lewat proses itulah, Ganjar akhirnya dapat melihat situasi dan keadaan real yang dialami rakyat. Baik blusukan manual maupun digital, solusi yang disajikan akan tepat sasaran diterima rakyat dan pemerintah pula.
Dari keseluruhan yang saya sebutkan diatas, saya mau menyampaikan hasil penanganan kemiskinan di Jawa Tengah yang menurun signifikan. Bila dilihat rentang waktu 2013 sampai 2022, angka kemiskinan 14,44 persen menjadi 10,98 persen. Turunnya sebesar 3,46 persen. Bila dibandingkan Jawa Barat yang hanya turun 1,63 persen, Jawa Timur 2,24 persen, dan DKI Jakarta justru naik 0,89 persen.
Keberhasilan Ganjar di Jawa Tengah ini tak bisa muncul begitu saja, juga bukan sulapan dengan trik-trik yang membohongi. Dia bekerja by data, riset, dan perhitungan yang tidak mudah. Misalnya renovasi rumah tak layak huni (RTLH) yang targetnya 1.500.000 unit, kini sudah tercapai 1.269.056 unit sudah dibangun. Masyarakat yang hidup serba pas-pasan kini menempati rumah rumah sesuai standar keselamatan dan ketahanan bangunan.
Ganjar mengatasi kemiskinan secara berkelanjutan. Dari RTLH, dia juga menginisiasi sekolah gratis yang bernama SMKN Jateng. Sekolah berbasis boarding school ini merupakan pertama di Indonesia. Ada tiga, di Pati, Semarang dan Banyumas diperuntukan bagi siswa miskin. Kini, juga ditambah 15 sekolah semi boarding scholl yang menjadi cikal bakal SMKN Jateng. Inisiasi menciptakan SDM unggul ini akan mengantarkan generasi penerus dapat mengangkat derajat orang tuanya dengan bekerja sesuai skill yang dipunya. Dengan begitu, jutaan warga kategori miskin segera terentas.
Belum lagi soal adanya aduan pungli di Jembatan Timbang Subah Batang, dan Samsat di Magelang. Semuanya itu hasil blusukan yang didengar langsung dari rakyat. Dua pelayanan itu tertib setelah Ganjar melakukan sidak. Praktik nakal tersebut lenyap, dan masyarakat kembali merasakan kenyamanan tanpa adanya pungli yang meresahkan.
Satu hal yang menarik perhatian, yakni blusukan digital seperti yang saya sebutkan di atas. Blusukan online ini juga banyak hasilnya. Warganya bebas menyampaikan keluhan maupun masukan di kolom komentar. Walau tak sedikit juga yang langsung mengetuk pintu dirrect message. Misalnya persoalan jalan rusak, Ganjar langsung gercep merespon yang diikuti penanganan oleh dinas terkait.
Masih banyak kegiatan blusukan Ganjar yang tak bisa ku jelaskan satu per satu. Intinya banyak kebermanfaatan yang lahir dari keberpihakan Ganjar terhadap rakyat. Ciri khas Jokowi ini sudah melekat padanya. Artinya apa kalau sudah melekat? Ya jelas dialah yang cocok meneruskan Jokowi menjadi the next presiden Indonesia. (*)