Oleh : Angwar Sanusi
Salah satu hal menarik untuk dibahas saat ini adalah membandingkan kualitas calon presiden kita. Namanya perbandingan, pasti selalu ada yang lebih baik. Dan kalau menurut saya, Ganjar Pranowo lebih baik atau lebih unggul dibandingkan Prabowo.
Alasannya simpel saja, karena saya sudah membaca literatur mengenai keduanya. Atau kalau diibaratkan produk, saya sudah mencoba keduanya sehingga bisa memutuskan yang terbaik. Agar lebih jelasnya, akan saya jabarkan alasan-alasan kenapa Ganjar lebih baik daripada Prabowo dalam poin-poin di bawah.
1. Pengalaman
Bicara pengalaman menempati jabatan publik, Ganjar pemenangnya. Dia pernah merasakan duduk di legislatif serta eksekutif. Ganjar dua periode sebagai Anggota DPR RI serta dua periode menjadi Gubernur Jawa Tengah. Ganjar ibarat pohon mangga yang buahnya lebat dan segar-segar. Artinya dia sudah siap memberi manfaat untuk banyak orang.
Sementara Prabowo minim pengalaman sebagai pejabat publik. Karirnya hanya moncer di militer. Dia pernah jadi Komandan Pleton Grup I Kopassus hingga puncaknya jadi Pangkostrad. Namun Prabowo harus menelan pil pahit karena diberhentikan dari militer atas keterlibatannya dalam pelanggaran HAM.
Adapun pengalaman Prabowo di eksekutif saat menjadi Menteri Pertahanan kabinet Jokowi. Itupun sesuai bidangnya, militer. Praktis Prabowo kurang berpengalaman dalam penanganan macet, stunting, pengelolaan energi terbarukan, pemanfaatan desa, dan hal-hal yang menjadi tanggung jawab seorang kepala daerah.
Makanya saat bicara soal membangun kota dalam forum Apeksi lalu, Prabowo tidak menyuguhkan gagasan soal kota. Begitupun saat forum Apdesi soal membangun desa. Prabowo hanya bicara tentang background militer serta menyanjung keberhasilan Jokowi. Tentu keterbatasan ini karena minimnya pengalaman pemerintahan seorang Prabowo.
2. Usia
Tahun ini usia Ganjar terpaut 17 tahun dari Prabowo. Ganjar berusia 55, sementara Prabowo 72 tahun. Dan usia tak bisa membohongi. Ganjar tentu lebih segar dan matang. Kalau mengharuskan keliling Indonesia setiap hari, Ganjar masih sangat kuat. Apalagi capres satu ini punya hobi olahraga.
Saya masih ingat betul saat Prabowo bilang kalau Indonesia merdeka tahun 1950. Sejujurnya saya mau koreksi, tapi ya gimana usia segitu memang mudah lupa. Inilah alasan saya lebih memilih Ganjar dari Prabowo. Karena sekali lagi, usia tak bisa berbohong dan di usia Prabowo saat ini, sudah lebih baik kalau istirahat dan banyak-banyak memberi nasihat saja.
3. Kekinian
Ganjar itu pemimpin kekinian. Sepak terjang kepemimpinannya selalu mengikuti perkembangan zaman. Bahkan akun instagramnya pun dimanfaatkan untuk promosi produk UMKM. Ganjar paham kalau saat ini eranya promosi digital. Karena itu dirinya juga membuat hetero space untuk enterpreuner muda memaksimalkan bisnisnya.
Semua dinas dan para pejabat di Jateng juga diharuskan memiliki akun medsos. Tujuannya untuk menjaring keluhan masyarakat agar segera ditangani. Buktinya gebrakan ini berhasil. Keluhan soal jalan rusak, pungli, penahanan ijazah, langsung tertangani berkat terbukanya aduan di era Ganjar.
Gaya Ganjar ini masuk dalam kategori ‘humble leadership’. Sebuah model kepemimpinan yang mengedepankan keterbukaan. Inilah yang tidak dimiliki Prabowo. Bahkan Prabowo sangat kaku dan tidak mengikuti perkembangan zaman. Masih ingetkan saat dia mengkritik anak muda yang hanya coret-coret tembok (grafiti) dan dinilai merusak tata kota?
4. Merakyat
Sudah tak diragukan lagi, kalau Ganjar adalah pemimpin merakyat. Dia sering blusukan bertemu warga dari semua kalangan. Yang tua, muda, anak kecil, Ganjar sangat cair dan bisa memposisikan diri. Bahkan kemanapun Ganjar melangkah, kebahagiaan turut menyertai. Siapapun yang diajak ngobrol pasti selalu cair dan enak.
Bukan sekadar blusukan semata. Tapi Ganjar juga mendengarkan aspirasi warganya. Perhatiannya kepada rakyat kecil inilah yang tidak dimiliki Prabowo. Mungkin inilah penyebab Prabowo jarang turun ke masyarakat dan mengobrol dengan mereka. Karena dia kurang cair atau kikuk saat menyapa masyarakat.
Inilah alasan saya menilai Ganjar lebih baik dari Prabowo. Sebab merakyat adalah sifat yang harus dimiliki seorang pemimpin. Jika seorang pemimpin tak merakyat, bisa jadi model kepemimpinannya satu arah atau otoriter. Sebab tidak melibatkan dan mendengar aspirasi mereka.
5. Kinerja
Dari sisi kinerja, Ganjar juga unggul atas Prabowo. Lihat saja, meski Ganjar diawal kepemimpinannya diwarisi angka kemiskinan tinggi, tapi di tangannya kemiskinan di Jateng menurut data BPS saat ini, turun 3,67 persen. Dari 14,44 jadi 10,77 persen. Itu berkat kerja kerasnya keroyokan memberantas kemiskinan.
Mulai dari program renovasi rumah tidak layak huni yang sudah mencapai 1,2 juta rumah, serta program tuku lemah oleh omah. Lalu ada juga sekolah gratis berbasis asrama (SMKN Jateng), biaya SPP gratis, perwujudan desa mandiri energi, pengembangan desa wisata, asuransi nelayan, kartu tani, kartu jateng sejahtera, trans jateng, desa dan kurikulum antikorupsi, serta sekolah virtual. Program-program itu dijalankan dan manfaatnya sudah dirasakan masyarakat.
Sementara Prabowo sebaliknya. Programnya di Kemenhan malah menuai kecaman. Mulai dari proposal perdamaian Rusia Ukraina yang mempermalukan Indonesia di mata dunia, pembelian pesawat bekas yang padahal Jokowi sudah mewanti-wanti tidak boleh membeli barang bekas.
Sampai yang paling menuai kecaman yakni program food estate di Kalimantan Tengah yang dikomandoi Prabowo gagal total. Belum lagi soal dampak lingkungan yang membuat habitat orang utan terganggu, masyarakat adat tergusur, serta banjir yang kian parah.
Jadi kompleks masalahnya. Mulai dari dampak lingkungan, lalu mengkomersilkan program food estate dengan melibatkan kerabat-kerabatnya lewat jalur mitra perusahaan, dan endingnya program ini gagal dan mangkrak. Maka ini alasan saya menilai Ganjar jauh lebih baik kinerjanya ketimbang Prabowo. Sebab Ganjar pemimpin siap kerja, sementara Prabowo tidak. Dikasih kerjaan pun, eh malah gagal.
Inilah alasan kenapa Ganjar lebih baik daripada Prabowo. Pantas saja, saat Lembaga SMRC menggelar riset dukungan pemilih kritis pada Pemilu 2024, Ganjar menempati urutan pertama ketimbang Prabowo dan Anies.
Pemilih kritis sendiri adalah istilah untuk mereka yang punya akses ke sumber informasi sosial politik secara lebih baik. Mereka bisa mengakses internet untuk mengetahui dan bersikap terhadap berita-berita sosial politik. Gimana percaya nggak guys? Kalau nggak percaya, mulane sergep o moco berita, beb, begitu kata Bu Tedjo.