Wahana Info
No Result
View All Result
11 Mei 2025 | 20:59 WIB
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
No Result
View All Result
Wahana Info
No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
ADVERTISEMENT
Home Opini
Tafsir Surga yang Membunuh Rasa Kemanusiaan

Ilustrasi keragaman umat beragama. (Sumber: Kemenag.go.id)

Tafsir Surga yang Membunuh Rasa Kemanusiaan

by wahanainfo.com
16 Mei 2022 | 18:42 WIB
in Opini, Ruang Kreasi
A A
46
SHARES
58
VIEWS

Oleh: Candra Malau 

“Jika untuk masuk surga saya harus membenci penganut agama lain, saya menolak menginjakkan kaki di surga.”

Demikian sederet kalimat yang dilontarkan oleh seorang pujangga India, Rabindranath Tagore. Kata-kata ini sangat menggugah hati.

Penulis sendiri tidak banyak tahu tentang dia dan berbagai karyanya. Yang penulis tahu lewat pencarian data dengan cara sederhana, ia adalah seorang penyair di India yang pernah meraih nobel dalam bidang sastra.

Terlepas dari siapa pun dia, yang pasti kalimat sarat makna yang diutarakannya sangat berkesan dan mengandung pesan moral tak ternilai, khususnya untuk bidang kemanusiaan. Sebuah cara berpikir yang bebas, tidak terjebak dalam batas doktrin tertentu, membuka diri terhadap semua golongan, dan menghargai semua perbedaan termasuk pendapat yang ada di dalamnya.

Demikianlah kira-kira secuil dari selaksa makna dalam kalimat fenomenal yang pernah terlontar dari seorang anak manusia bernama Rabindranath tersebut. Ada penolakan terhadap pengkultusan sebuah doktrin—terlebih pengkultusan dimaksud mengoyak sisi kemanusiaannya.

Sebagai manusia yang serba kekurangan, penulis mencoba untuk menuangkan pemikiran terhadap salah satu persoalan yang pernah terjadi dan (mungkin) juga belum tuntas di Indonesia, yakni persolan intoleransi. Ya, suatu persoalan yang senantiasa beririsan pada ketidaksiapan menerima perbedaan; penolakan dari satu kelompok terhadap kelompok yang lain.

Penolakan dimaksud antara lain bisa terhadap kebudayaan, ajaran-ajaran, agama, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kebiasaan internal kelompok tertentu. Kondisi seperti ini beberapa kali terjadi di sejumlah daerah di Indonesia. Tentu saja, masalah yang paling akut adalah intoleransi antar-umat beragama.

Dalam perspektif penulis sendiri, intoleransi antar umat beragama ini pada dasarnya hanya dipicu oleh satu faktor, yakni tafsir yang keliru terhadap ajaran dalam agama masing-masing. Penafsiran yang keliru ini akhirnya melahirkan ego-sektoral; mengklaim diri sebagai kelompok yang paling benar.

Ajaran-ajaran dimaksud, sebagaimana lazimnya dalam setiap agama, antara lain menyangkut panutan hidup sebagai pedoman cara berperilaku, maupun cara menjalankan ritualistik-formal ibadah keagamaan.

Tujuannya tak lain adalah supaya tercipta kedamaian di tengah umat manusia dan memperoleh hidup yang kekal sesudah kematian raga—suatu narasi (umum) yang fundamen dan senantiasa dipercayai dalam agama.

Dalam tataran etimologis, secara harfiah agama memiliki arti ‘tidak kacau’. Artinya, agama itu dibuat supaya kehidupan manusia tidak kacau balau dan saling menghargai satu sama lain.

Namun ironinya, terkadang justru yang melahirkan “kekacau-balauan” itu adalah (tafsir) agama itu sendiri. Artinya, esensi dari agama itu sendiri sirna dalam kondisi ini.

Buah yang dihasilkan dari tafsir yang keliru itu secara garis besar, yaitu pemikiran bahwa ajaran yang dipahaminyalah yang tepat sebagai pedoman hidup, yang disukai oleh sang pencipta, dan jalan yang benar untuk menuju surga.

Terlebih mengenai narasi menuju surga (ya, surga saudara–saudara!). Sebuah tempat yang katanya menjadi tujuan akhir bagi orang yang percaya adanya kehidupan setelah kematian.

Namun, untuk menuju ke sana, harus ada syarat-syarat tertentu. Soal syarat inilah yang sering menjadi pemicu pergesekan antar umat beragama.

Masing-masing mengklaim bahwa untuk ke sana; harus melalui ini, tidak boleh begitu, yang boleh itu begini, tidak boleh makan itu, yang boleh itu makan ini, tidak boleh lewat situ, yang benar itu lewat sini, berkawan sama itu salah, yang benar berkawan dengan ini, surga itu di sini bukan di situ. Demikianlah kira-kira sejumlah klaimnya.

Alhasil, orang yang percaya terhadap ajaran dengan tafsir yang keliru tersebut, terjebak dalam batas-batas pengkultusan doktrin tertentu. Sehingga menganggap yang tidak sepemahaman dengan dia adalah salah. Lama-kelamaan, orang-orang seperti ini akan menganggap yang lain adalah musuh yang perlu dihabisi.

Apa yang menjadi dampak dari semua ini? Terjadi perselisihan antar umat beragama. Bukan hanya perselisihan dalam hal pendapat. Lebih dari itu, terjadi bunuh-membunuh, bakar-membakar, dan bentuk-bentuk kekerasan lainnya.

Apa yang luput dari sana? Sisi kemanusiaan kita menjadi gelap gulita. Tidak ada lagi kesadaran bahwa manusia itu adalah mahluk yang saling membutuhkan satu sama lain.

Kondisi seperti ini jelas-jelas menyimpang dari cita-cita semua agama. Tak ada agama yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan, pembunuhan, dan permusuhan.

Suatu waktu , penulis berdebat ringan dengan beberapa orang dari komunitas tertentu. Mereka datang dengan misi mengabarkan firman dan membuat penafsiran terhadap apa yang diutarakannya.

Dari pembicaraan salah seorang anggota komunitas tersebut, penulis menyimak bahwa dia seolah-olah mampu menafsirkan pemikiran sang pencipta. Penafsiran dimaksud adalah mengenai siapa yang masuk dan tidak masuk surga.

Dalam hal ini penulis memberi sanggahan bahwa urusan memasukkan atau tidak memasukkan orang ke surga—bagi yang memercayai hal seperti ini, adalah kuasa Ilahi. Bukan urusan manusia. Tugas manusia sebagai bagian kecil dari mahluk ciptaan-Nya adalah menjalankan perintah-Nya.

Mengasihi dan saling menghargai sesama manusia adalah hal yang paling utama dari inti ajaran setiap agama. Entah agama apa pun itu. Nilai tertinggi dari sini adalah rasa kemanusiaan.

Sebab, mengasihi ciptaan-Nya berarti kita menghargai penciptanya. Jika kita sesama manusia tidak saling menghargai, adalah sama artinya bahwa kita tidak menghargai sang pencipta.

Ada kata bijak yang berbunyi: “Kita memang tidak bersaudara dalam keagamaan, tapi kita bersaudara dalam kemanusiaan.” Kalimat ini dalam pandangan penulis punya kaitan dengan apa yang diuatarakan oleh Rabindranath Tagore: “Jika untuk masuk surga, saya harus membenci penganut agama lain, saya menolak menginjakkan kaki di surga.”

*Tulisan ini sebelumnya sudah pernah diterbitkan di Qureta.com.

 

Share18Tweet12SendShare

Related Posts

BRI Cabang Tebing Tinggi Dukung Program PKBM, Kalapas : terima kasih atas perhatiannya

BRI Cabang Tebing Tinggi Dukung Program PKBM, Kalapas : terima kasih atas perhatiannya

by Wahanainfo.com
17 April 2025 | 09:02 WIB

Wahanainfo | Tebing Tinggi, PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Tebing Tinggi memberikan bantuan beberapa perlengkapan elektronik kepada Lembaga Pemasyarakatan...

Menjaga Marwah Institusi Negara: Jangan Merendahkan TNI dalam Permohonan Bantuan

Badko HMI Sumut minta Polda Sumatera Utara tutup dan tangkap mafia judi togel di kabupaten Dairi di duga di miliki oknum TNI

by Wahanainfo.com
27 Maret 2025 | 15:11 WIB

Wahanainfo | Dairi, Perjudian semakin marak terjadi di Kabupaten Dairi, Sejumlah tempat yang diduga lapak perjudian tumbuh subur di sudut...

HMI Cabang Pematangsiantar-Simalungun Tolak RUU Polri: 10 Pasal Dinilai Ancam Demokrasi dan Supremasi Hukum

HMI Cabang Pematangsiantar-Simalungun Tolak RUU Polri: 10 Pasal Dinilai Ancam Demokrasi dan Supremasi Hukum

by Wahanainfo.com
26 Maret 2025 | 21:30 WIB

Wahanainfo | PematangSiantar, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pematangsiantar-Simalungun dengan tegas menolak Rancangan Undang-Undang (RUU) Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri)...

Menjelang Lebaran 2025, BRI Cabang Tebing Tinggi Optimalkan Pelayanan Kepada Nasabah

Menjelang Lebaran 2025, BRI Cabang Tebing Tinggi Optimalkan Pelayanan Kepada Nasabah

by Wahanainfo.com
25 Maret 2025 | 10:37 WIB

Wahanainfo | TEBING TINGGI,Memasuki periode libur Lebaran Idul Fitri 2025 yang jatuh antara 28 Maret hingga 7 April, PT Bank...

Mengawal 30 hari Kerja Walikota Tebing Tinggi,HMI Cabang Siantar – Simalungun Minta komitmen Walikota Tebing Tinggi

Mengawal 30 hari Kerja Walikota Tebing Tinggi,HMI Cabang Siantar – Simalungun Minta komitmen Walikota Tebing Tinggi

by Wahanainfo.com
24 Maret 2025 | 13:11 WIB

Wahanainfo | Tebing Tinggi, Mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Koms (P) Lafran Pane Tebing tinggi Cabang Siantar-Simalungun turun...

KOMODIFIKASI IDUL FITRI dan GEJALA KONSUMERISME

KOMODIFIKASI IDUL FITRI dan GEJALA KONSUMERISME

by Wahanainfo.com
21 Maret 2025 | 19:28 WIB

Wahanainfo | Medan, Perkembangan informasi dan komunikasi telah mempermudah masuknya pengaruh budaya asing ke dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Globalisasi,...

Berita Terbaru

Head Line

Polres Simalungun ‘Tangkap Lepas’ Pelaku Penyelewengan BBM Bersubsidi

11 Mei 2025 | 12:08 WIB
News

Berantas Penyelewengan BBM Bersubsidi di SPBU Pamatang Raya, Kasat Reskrim: 4 Orang Pelaku Ditangkap

10 Mei 2025 | 11:55 WIB
Kriminal

IRT & Anak Gadis Kompak Jadi Pengedar Narkoba di Tanah Jawa

8 Mei 2025 | 22:25 WIB
Hukum

HIMAPSI Siantar Desak Kapolres Tindak Penadah Hasil Pencurian Tugu Dayok Mirah

8 Mei 2025 | 18:15 WIB
Head Line

Asiong Bandar Narkoba Serbelawan Diringkus Polisi

8 Mei 2025 | 07:59 WIB
Hukum

HMI Cabang Langkat Demo di Polda Sumut: Tangkap Semua Pelaku Persekusi di Es Kristal Langkat

7 Mei 2025 | 13:14 WIB
Head Line

Rekrutmen Tim Ahli DPRD Simalungun Digelar Tertutup Tanpa Seleksi

6 Mei 2025 | 08:55 WIB
Daerah

DPP HIMAPSI Serahkan SK Caretaker DPC Kota Tebing Tinggi dan Kabupaten Serdang Bedagai

4 Mei 2025 | 00:00 WIB
News

IMPSU Desak Kapolres Langkat Tindak Tegas Pelaku Onar di Pabrik Es Batu Kristal

3 Mei 2025 | 23:04 WIB
News

Mantan Pejabat Kakanwil Kemenag Maluku Diduga Korupsi, FKPKI: Harus Diadili

3 Mei 2025 | 16:39 WIB
News

GMNI Pematangsiantar Serukan Peringatan Kepada Walikota Pematangsiantar

1 Mei 2025 | 21:33 WIB
News

Kakan Kemenag Simalungun Terima Audensi LBH-AP Muhammadiyah Simalungun

30 April 2025 | 20:41 WIB
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Policy
  • Terms

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba