WAHANAINFO | PEMATANG SIANTAR – Rudolf Valentino Saragih lahir di Medan, 10 April 1967. Seluruh pendidikan dari jenjang terbawah hingga S1 lulus di Medan. Alumni Universitas Sumatera Utara (USU) ini mengadakan pertemuan dengan wartawan di Pematang Siantar, pada hari Senin (13/3/2023).
Rudolf memperkenalkan dirinya sebagai anak dari orangtua yang taat. Ayahnya Djabudin Saragih adalah Sintua Gereja Kristen Protestan Simalungun (GKPS) yang berkampung halaman di Haranggaol, Kabupaten Simalungun, dan ibunya adalah Lydia Girsang, asal Seribudolok, Kabupaten Simalungun.
Dalam penuturannya kepada wartawan, Rudolf V Saragih berkiprah di BTN melalui rekrutmen ODP setelah tiga tahun bekerja di kantor akuntan publik. Rudolf mulai kerja sebagai staf dan membawa karirnya. melanglang buana ke berbagai kota, terutama di Pulau Kalimantan dan Jawa,
Rudolf mengaku sepanjang 20 tahun bekerja di Bank BTN, banyak ilmu dan tantangan yang ia hadapi. Mulai dari beberapa kali rencana Bank BTN akan di-merger dengan Bank BTN lain sampai dengan tantangan krisis global yang mengancam keselamatan bank-bank internasional dan tanah air.
Bekerja di Bank yang terkenal memberikan kucuran pembiayaan ke developer membuat Rudolf banyak dikenal oleh kalangan pengusaha. Kebetulan Rudolf internal memang dikenal sebagai karyawan yang potensial, dengan beberapa kali mengikuti kepelatihan luar negeri.
“Saya gemar ketemu siapa saja, sampai banyak developer kenal sama saya. Sinergitas perusahaan dengan para developer ini tentu meningkatkan ekonomi kerakyatan,” katanya.
Suami Margaretha MS Sembiring ini menyampaikan, di penghujung kariernya sebagai pimpinan bankir, dirinya merasa sangat bersyukur. Sejumlah pencapaian pribadi dan perusahaan mampu diwujudkan.
“Saya meniti karier dari bawah, dari staf. Kemudian jadi kepala cabang dan beberapa project manager. Saya melihat betul kesulitan masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam hal kebutuhan rumah. Dari situ saya di Bank merumuskan bagaimana mewujudkan ini ke mereka,” katanya.
Rudolf mengaku dirinya dan teman-teman di Bank BTN sangat memahami bagaimana developer membutuhkan uang untuk membangun rumah-rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Belum lagi, kesulitan memiliki rumah juga masih dialami pegawai BTM sendiri.
“Kita kan fokus ke Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Jadi bagaimana kami memberikan pembiayaan dengan tetap mempertahankan kualitas kredit. Ini kita lakukan. Makanya, saya pribadi, ada lebih 100 kali menelurkan developer-developer dari nol,” katanya.
Menjelang akhir pengabdiannya di Bank BTN, Rudolf pun berharap masih bisa memberi manfaat dengan masyarakat. Saat ini dia lebih sering ke Simalungun lantaran ada kegiatan filantropi yang dijalankan bersama beberapa rekan pribadi.
“Sekarang saya lebih sering ke Simalungun. Seminggu dua kali hampir. Kebetulan anak saya satu-satunya udah kerja di perusahaan Amerika di Jakarta. Tinggal saya bagaimana ingin lebih melayani kepada masyarakat. Urusan dunia saya sudah cukup,” pungkasnya. (Red)