WAHANAINFO.COM- Terjadinya kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis pertalite dan solar di SPBU 14 211 262 Pematang Raya, ternyata bukan karena adanya pengurangan kuota atau jumlah bahan bakar. Namun disebabkan kendala keterlambatan penyaluran.
Demikian disampaikan Ahmad Fernando selaku Sales Brandc Manager Pertamina saat dikonfirmasi wahanainfo.com, Minggu 21 Agustus 2022, sekira pukul 19.30 WIB.
“Bukan pengurangan kuota bang, tapi karena keterlambatan penyaluran,” ujar Ahmad.
Terkait jumlah kuota, lanjut Ahmad, itu bukan kewenangan Pertamina namun masuk keranah Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
“Kami hanya menyalurkan ke SPBU sesuai kuota yang telah ditetapkan BPH Migas, dan BPH Migas menetapkan kuota sesuai rekomendasi pemerintah daerah,” Ahmad Fernando.
Pantauan wartawan, Senin 22 Agustus 2022 pagi, BBM jenis pertalite sudah tersedia di SPBU 14 211 262, Raya. Sebelumnya sempat kehabisan bahan bakar di SPBU tersebut. Kelangkaan BBM inipun menyebabkan antrian panjang kendaraan masyarakat. Kendaraan roda dua dan roda empat berbaris menduduki urutan antrian dilokasi SPBU dan juga di jalan raya.
F Munthe, selaku pengelola SPBU mengatakan bahwa bahan bahan yang masuk masih jenis pertalite. Untuk jenis solar masih dalam perjalanan.
“Sebentar lagi sudah masuk (solar),” ujar Munthe.
Dia berharap masyarakat dapat bersabar menunggu antrian karena kondisi itu bukanlah kehendaknya.
“Mungkin kendala teknis dari Pertamina, terlambat penyalurannya, mohon bersabarlah,” katanya.
Salah seorang warga yang menunggu antrian, E Purba mengaku kewalahan karena kondisi bahan bakar sempat habis. Karena tidak hanya di SPBU, di pertamini dan di pengecer manual juga mengalami kokosongan.
“Saya berharap kepada pemerintah dan juga pertamina kiranya janganlah sampai terjadi kekosongan bahan bakar. Kalau BBM habis, aktifitas mereka juga akan terkendala. Kami sebagai petani, jarak ladang kami lumayan jauh, sampai tiga kilometer. Kalau mau memotong rumput, kami juga menggunakan mesin babat yang bahan bakarnya pertalite,” ungkap Purba.
Dia juga berharap agar para pengecer yang bertempat tinggal di daerah perkampungan agar kiranya dilayani SPBU. Hal ini mengingat banyaknya perkampungan yang lokasinya sangat jauh ke lokasi SPBU.
“Kalau bisa janganlah dilarang untuk mengisi pakai jeregen karena pedagang eceran sangat membantu kami dalam memenuhi kebutuhan bahan bakar ini. Seperti di kampung kami di Bahapal Raya, kami sering membeli hanya satu liter. Kan kewalahan kalau kami datang ke Raya yang jaraknya sampai puluhan kilometer kalau hanya membeli satu liter?,” pungkasnya. (Gullit/Jos)