Wahana Info
No Result
View All Result
24 Mei 2025 | 18:39 WIB
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
No Result
View All Result
Wahana Info
No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI
Home News
KOMODIFIKASI IDUL FITRI dan GEJALA KONSUMERISME

KOMODIFIKASI IDUL FITRI dan GEJALA KONSUMERISME

by Wahanainfo.com
21 Maret 2025 | 19:28 WIB
in News, Daerah, Dunia, Opini, Politik
A A
60
SHARES
75
VIEWS

Wahanainfo | Medan, Perkembangan informasi dan komunikasi telah mempermudah masuknya pengaruh budaya asing ke dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Globalisasi, sebagai faktor utama, sangat berperan dalam masuknya budaya Barat, termasuk budaya konsumerisme, ke Indonesia.

Menurut Baudrillard (1989), budaya modern Barat kini menekan budaya konsumerisme yang bahkan di Indonesia semakin sulit dibendung. Perilaku konsumtif saat ini tak terlepas dari pengaruh kapitalisme, yang menjadikan konsumsi sebagai pusat kehidupan dalam masyarakat Indonesia. Jumat 21 Maret 2025

Kapitalisme adalah sistem ekonomi yang mengatur produksi dan distribusi barang dan jasa. Saat ini, konsumsi telah menjadi motivasi utama dan penggerak dalam kehidupan sosial, budaya, bahkan politik (Kellner, 1994:3).

Masyarakat sering terjerat kebiasaan negatif seperti pemborosan, kerakusan, dan konsumsi yang sia-sia demi kepuasan pribadi. Ambisi, kemewahan, dan kebanggaan mendorong individu untuk lebih konsumtif, terutama menjelang perayaan keagamaan seperti Idul Fitri. Fenomena menarik yang terjadi adalah adanya benturan nilai, di mana Ramadan yang merupakan bulan penuh berkah, justru berhadapan dengan fenomena konsumerisme.

Budaya konsumtif mulai terlihat sejak Ramadan dan semakin intens menjelang Idul Fitri. Sebagian besar masyarakat dengan status ekonomi lebih baik terlihat berlomba-lomba memenuhi keinginan mereka tanpa memikirkan nilai guna barang yang dibeli.

Pembelian barang seperti pakaian dan aksesori untuk Idul Fitri dilakukan dengan cara yang berlebihan, menghabiskan uang demi barang yang tidak diperlukan. Hal ini membuat esensi Ramadan, yang seharusnya berfokus pada ibadah dan amal, hampir terlupakan; puasa pun hanya dipahami sebagai sekadar menahan lapar dan haus. Seharusnya Ramadan mendidik umat untuk hidup sederhana dan mengontrol keinginan konsumtif.

Idul Fitri, menurut Quraish Shihab, memiliki makna yang terkait dengan pencapaian tujuan puasa itu sendiri. Secara etimologis, Idul Fitri berarti kembali kepada fitrah. Fitrah di sini merujuk pada asal kejadian manusia yang dilahirkan dengan berbagai potensi dasar seperti ruh, akal, penglihatan, pendengaran, hati, dan agama (Q.S. al-Rum: 30). Nabi Muhammad SAW bersabda, “Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah” (HR. al-Bukhari dan Muslim), yang menunjukkan bahwa manusia dilahirkan dengan potensi untuk menjalankan fungsi sebagai khalifah dan hamba Allah (Q.S. al-Baqarah:30; Q.S. al-Dzariyat: 56).

“Pakailah pakaian terbaik kalian saat memasuki masjid dan makan serta minumlah, tetapi jangan berlebihan. Allah tidak menyukai orang yang berlebihan” (Al-A’raf: 31). Memenuhi kebutuhan hidup dan beribadah adalah perintah agama, tetapi menghambur-hamburkan harta demi keinginan di luar kebutuhan adalah perilaku sia-sia (tabdzir), seperti yang dijelaskan oleh Imam az-Zajjaj (2004).

Fenomena konsumerisme kini telah menjadi gaya hidup, ditambah dengan iklan dan promosi besar-besaran di media sosial yang semakin mendorong masyarakat untuk mengonsumsi barang secara berlebihan dan bahkan hedonis.

Teori sosial postmodern muncul dengan keyakinan bahwa era modern telah berakhir, dan kita sedang berada dalam era yang baru. Berbeda dengan teori sosial modern yang mencari universalitas, teori postmodern berpendapat bahwa tidak ada hal yang bersifat universal. Fredric Jameson (1999:1-3) menyebutkan empat karakteristik masyarakat postmodern: kedangkalan, kepura-puraan, hilangnya sejarah, dan kemunculan teknologi baru. Jean Baudrillard melihat postmodern sebagai fenomena yang lebih radikal, di mana media dan model sibernetika menggantikan dominasi produksi material dan menciptakan simbol-simbol non-material yang mendominasi masyarakat.

Baudrillard (1998) mengembangkan teori “Consumer Society” yang memfokuskan pada bagaimana uang dan simbol dalam bentuk gambar dan hiper-realitas telah mengubah dunia konsumsi. Media, khususnya media digital, memainkan peran besar dalam menyebarkan budaya global, termasuk gaya hidup dan mode.

Konsumerisme adalah proses fokus individu dan sosial pada konsumsi yang melebihi kebutuhan primer. Menurut Bartholomew, konsumerisme berakar pada konsumsi, mengutamakan kebebasan individu dalam memilih, dan menganggap kebutuhan manusia sebagai sesuatu yang tak terbatas.

Dalam masyarakat konsumtif, barang-barang yang dibeli bukan sekadar memiliki kegunaan, tetapi lebih sebagai simbol status dan prestise yang ditanamkan melalui iklan-iklan gaya hidup. Dengan demikian, objek konsumsi kini menjadi sarana untuk mengklasifikasikan status, kelas sosial, dan identitas.

Religiusitas dalam konteks ini sangat penting. Nasution (1986) menjelaskan bahwa agama adalah ikatan yang mengarahkan perilaku manusia, sementara Uyun (1998) menambahkan bahwa agama mendorong pemeluknya untuk berperilaku terpuji dan bertanggung jawab atas tindakannya. Religiusitas adalah ekspresi dari kedalaman hubungan seseorang dengan Tuhan yang tercermin dalam akhlak dan perilaku sehari-hari.

Fenomena konsumerisme seringkali berhubungan dengan keserakahan, di mana barang yang tidak diperlukan dianggap sebagai kebutuhan. Indonesia sebagai negara dengan populasi terbesar di ASEAN memiliki potensi pasar yang besar, dan semakin banyak barang konsumsi masuk ke pasar Indonesia.

Pada era postmodern, masyarakat seringkali tidak peduli apakah konsumsi mereka berlebihan. Media sosial berperan besar dalam mempengaruhi gaya hidup konsumerisme, terutama di kalangan kelas menengah ke atas. Fenomena ini menjadi lebih jelas pada perayaan Idul Fitri, yang meskipun berakar pada ibadah, kini lebih sering dijadikan ajang untuk memamerkan prestasi duniawi dan konsumsi berlebihan.

Tradisi membeli barang baru untuk Idul Fitri telah ada sejak zaman Kesultanan Banten pada abad ke-16, dan hingga kini tetap menjadi bagian dari ritual masyarakat. Hal ini menyebabkan peningkatan transaksi ekonomi, terutama di sektor perbelanjaan, selama Ramadan dan Idul Fitri. Data Bank Indonesia menunjukkan adanya lonjakan transaksi selama periode ini, dengan penggunaan uang elektronik dan pembayaran digital yang semakin meningkat.

Namun, perayaan Idul Fitri kini lebih sering dikaitkan dengan konsumsi berlebihan. Masyarakat berbondong-bondong membeli barang tanpa memikirkan kebutuhan, terjebak dalam konsumsi yang tidak terkontrol, bahkan dengan menggunakan kartu kredit. Fenomena ini menunjukkan adanya pergeseran nilai, di mana nilai simbol lebih penting daripada nilai guna barang, sebuah kondisi yang diidentifikasi oleh Jean Baudrillard sebagai bagian dari masyarakat konsumer.

*Konsep Penciptaan: KOMODIFIKASI IDUL FITRI dan GEJALA KONSUMERISME*

Manusia dalam kehidupan membutuhkan berbagai macam hal untuk memenuhi kebutuhannya. Fenomena konsumerisme pada Idul Fitri sangat menarik perhatian karena kedua hal tersebut sangat bertolak belakang, konsumerisme suatu sifat yang hiperbolis atau berlebihan, sedangkan Idul Fitri merupakan hari suci yang sebelumnya melakukan ibadah di bulan Ramadan yang penih keprihatinan.

Tradisi membeli barang baru sudah menjadi ritual rutin setiap tahunnya menjelang Idul Fitri. Perilaku konsumtif ini menjadi kegiatan yang seragam pada umat muslim maupun non muslim. Sifat serakah dapat menimbulkan dampak sosial, yakni ketidakpedulian dan kesenjangan sosial.

Dari hasil pembahasan terhadap proses penciptaan dan studi kasus, maka terdapat kesimpulan sebagai berikut. Hari raya Idul Fitri adalah sebuah fenomena sosial mengenai gejala konsumerisme pada masyarakat. Konsumerisme sebagai keserakahan dan idul fitri sebagai budaya muslim.

Pada akhirnya keserakahan dapat menimbulkan dampak sosial lainnya, yakni ketidakpedulian dan kesenjangan sosial. Dimana dampak tersebut merupakan masalah yang sangat memprihatinkan. Ketika manusia serakah, secara tidak langsung manusia tersebut tidak peduli dengan sesama bahkan alam, dan ketika manusia tidak peduli, kesenjangan sosial pun tak bisa terelakan.

Budaya konsumerisme telah merambah ke wilayah agama khususnya pada momen Idul Fitri. Simbol – simbol “agama” telah menjadi komoditas seakan perayaan tersebut terasa sangat komersial. Berbagai produk dikemas dengan embel – embel religiusitas. Simbol – simbol Ramadan dan Idul Fitri dihadirkan di berbagai sudut pertokoan agar tampak menarik, islami.

Idul Fitri memang merupakan perayaan besar, khususnya bagi orang – orang yang sudah melaksanakan tugas agama pada bulan Ramadan dan seharusnya output dari implementasi ibadah adalah menampilkan orang – orang dengan keindahan pakaian akhlak mulia dan dan perhiasan takwa pada dirinya.

Naufal Zaky S.Pd., M.Pd , Dosen Sosiologi dan Antropologi Pendidikan.

Share24Tweet15SendShare

Related Posts

PPS SALAM CUP III SE-SUMATERA UTARA DI SMPN 1 DOLOK MERAWAN SUKSES DIGELAR.

by Wahanainfo.com
23 Mei 2025 | 17:24 WIB

Wahanainfo | Serdang Bedagai, Kejuaraan Pencak Silat Salam Cup III di Kabupaten Serdang Bedagai Se Sumatera Utara adalah kegiatan bergengsi...

Inventaris Kominfo Hilang, Bonauli ke Andri Rahadian: Bapak Tak Layak jadi Kadis! 

Tak Kuasai Jumlah Anggaran Yang Dibayarkan, Bonauli ke Kadis P3A: Ibu itu Kuasa Pengguna Anggaran!

by wahanainfo.com
23 Mei 2025 | 09:53 WIB

SIMALUNGUN- Wakil Ketua DPRD Simalungun, Bonauli Rajagukguk, berang terhadap Kadis Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Pemkab Simalungun, Sri Wahyuni....

BRI BO Tebing Tinggi dan PT PKSS Gelar Pembinaan Satpam Guna Tingkatkan Pelayanan

BRI BO Tebing Tinggi dan PT PKSS Gelar Pembinaan Satpam Guna Tingkatkan Pelayanan

by Wahanainfo.com
22 Mei 2025 | 12:18 WIB

Wahanainfo | TEBING TINGGI, PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) Branch Office (BO) Tebing Tinggi melakukan pembinaan terhadap Satuan Pengamanan (Satpam)...

Pengerjaan Rabat beton di Nagori Parbalogan Tidak Sesuai Standar Bestek, Kades Bungkam

Pengerjaan Rabat beton di Nagori Parbalogan Tidak Sesuai Standar Bestek, Kades Bungkam

by wahanainfo.com
22 Mei 2025 | 10:51 WIB

Simalungun, – Pemerintah Nagori (Pemnag) Parbalogan, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, telah melaksanakan pembangunan rabat beton yang anggarannya bersumber dari...

BRI Tebing Tinggi Gelar Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat Bencana Kebakaran

BRI Tebing Tinggi Gelar Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat Bencana Kebakaran

by Wahanainfo.com
20 Mei 2025 | 15:50 WIB

Wahanainfo |TEBING TINGGI, PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, BRI Branch Office (BO) Tebing Tinggi dan Dinas Pemadam Kebakaran dan...

KEMISKINAN STRUKTURAL DI PEDESAAN: KEGAGALAN KEBIJAKAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

KEMISKINAN STRUKTURAL DI PEDESAAN: KEGAGALAN KEBIJAKAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

by Wahanainfo.com
20 Mei 2025 | 15:44 WIB

Wahanainfo | Medan, Selasa 20 Mei 2025 I. RINGKASAN EKSEKUTIF Kemiskinan struktural di pedesaan Indonesia mencerminkan kegagalan kebijakan sosial yang belum...

Berita Terbaru

News

PPS SALAM CUP III SE-SUMATERA UTARA DI SMPN 1 DOLOK MERAWAN SUKSES DIGELAR.

23 Mei 2025 | 17:24 WIB
Head Line

Tak Kuasai Jumlah Anggaran Yang Dibayarkan, Bonauli ke Kadis P3A: Ibu itu Kuasa Pengguna Anggaran!

23 Mei 2025 | 09:53 WIB
News

BRI BO Tebing Tinggi dan PT PKSS Gelar Pembinaan Satpam Guna Tingkatkan Pelayanan

22 Mei 2025 | 12:18 WIB
News

Pengerjaan Rabat beton di Nagori Parbalogan Tidak Sesuai Standar Bestek, Kades Bungkam

22 Mei 2025 | 10:51 WIB
News

BRI Tebing Tinggi Gelar Pelatihan Simulasi Tanggap Darurat Bencana Kebakaran

20 Mei 2025 | 15:50 WIB
News

KEMISKINAN STRUKTURAL DI PEDESAAN: KEGAGALAN KEBIJAKAN SOSIAL DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PENDIDIKAN

20 Mei 2025 | 15:44 WIB
Head Line

Inventaris Kominfo Hilang, Bonauli ke Andri Rahadian: Bapak Tak Layak jadi Kadis! 

20 Mei 2025 | 08:51 WIB
News

PW IPA Sumut Gelar Unjuk Rasa Soal Dugaan Penyelewengan Anggaran Stunting Kabupaten Madina

19 Mei 2025 | 23:21 WIB
Head Line

PT Heta Dibayar 720 Juta, Wartawan Unit Hanya Dibayar Rp40 Ribu Per Berita, Bonauli: Kenapa Tidak Adil?

19 Mei 2025 | 22:42 WIB
News

Perkokoh Kesatuan dan Persatuan Bangsa, H. Aprozi Alam Sosialisasikan Empat Pilar di Lampung Utara

18 Mei 2025 | 15:03 WIB
News

M Adil Saragih: Perlu Peraturan Bupati untuk Pembentukan KMP

14 Mei 2025 | 15:21 WIB
Head Line

Pemuda Sumatera Utara Jadi Penggerak Transisi Energi: Potensi Besar EBT Menanti Kolaborasi dan Inovasi

13 Mei 2025 | 20:10 WIB
  • Redaksi
  • Pedoman
  • Policy
  • Terms

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba

No Result
View All Result
  • NEWS
  • DAERAH
  • REGIONAL
  • NASIONAL
  • DUNIA
  • PERISTIWA
  • POLITIK
  • HUKUM
  • BUDAYA
  • PENDIDIKAN
  • WISATA
  • RUANG KREASI
  • OPINI

© 2021-2024 Wahanainfo.com

rotasi barak berita hari ini danau toba