“Pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia.”
Demikian kata bijak Nelson Mandela yang menjadi motivasi bagi guru muda berprestasi, Sugeng Santoso.
Sugeng Santoso (23) adalah seorang guru muda yang mengajar di sebuah SMP yang berlokasi di Kecamatan Kahayan Kuala, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah.
Lokasi ini berada di sebuah perkampungan, di pelosok pulau Kalimantan. Tepatnya di sebuah perkampungan sawit, milik sebuah perusahaan. Dari Bahaur menuju lokasi mencapai waktu 2 jam di perjalanan. Sementara dari Kota Palangka Raya, menembus waktu 3 jam di jalur darat, dan 2 jam di sungai.
“Di sini saya mengajar anak-anak karyawan dan masyarakat lokal sekitar,” ungkap Santos, saat diwawancarai Wahanainfo.com.
Laki-laki yang akrab disapa Santos itu dikenal sebagai seorang generasi muda yang peduli dengan pendidikan. Hal itu melihat rekam jejaknya yang telah mendirikan komunitas belajar gratis di tempat tinggalnya, pada saat belajar daring karena pandemi covid-19 yang melanda dunia pada tahun 2020 lalu.
Dia juga dikenal sebagai guru muda berprestasi, karena beberapa kali berhasil menyabet gelar juara seperti lomba desain pembelajaran tingkat guru nasional meraih juara 1, lomba foto kreatif nasional juga meraih juara 1, kemudian lomba cerpen nasional juga meraih juara 1. Selanjutnya pada pertandingan baca puisi nasional meraih juara 2, dan baru-baru ini memperoleh medali perak lomba inovasi pendidikan tingkat internasional.
“Semua pencapaian itu, saya tujukan untuk menginspirasi siswa-siswa, agar mereka mau menorehkan prestasi sesuai dengan kemampuan, minat, dan bakat masing-masing. Saya meyakini, bahwa setiap anak memiliki bakat yang unik dan punya kelebihan masing-masing,” terang pria asal Blitar itu.
Satu tahun mengajar pasca pandemi covid kemarin, Alumni Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja Buleleng Bali itu telah mengajar di empat sekolah. Dua sekolah berada di Jawa Timur, dan dua sekolah lagi di Kalimantan Tengah.
“Saya pindah-pindah bukan karena ingin menjadi kutu loncat. Melainkan berhasrat memberikan kontribusi yang lebih untuk pendidikan. Khusus didaerah pelosok negeri yang masih tertinggal di bidang pendidikan,” katanya.
Menjadi guru muda berprestasi, ternyata membuat banyak tawaran mengajar dari sekolah lain kepada Santos. Tawaran itu datang dari kota-kota besar.
“Meski banyak tawaran mengajar di luar sana, saya belum tertarik, karena masih ingin bertualang mengikuti kata hati. Yang terpenting, ilmu yang ada di kepala saya bisa membantu mencerdaskan anak bangsa,” tutur guru yang mengaku suka menerapkan pembelajaran kontekstual itu. (Jos)