Waktu yang ditentukan tiba. Si paranormal itu datang ke rumah Tohap. Perlengkapan disusun. Aroma jeruk purut mengisi ruangan. Ritual dimulai. Mulut si paranormal berbisik-bisik seperti merapalkan mantra memanjatkan doa. Sekali-kali matanya dipejamkan, keningnya mengeryit, dan mengangguk-angguk.
Yang lain duduk dengan tenang. Hening dan sedikit tegang, menunggu arahan si paranormal.
“Ayok kita gali,” kata si paranormal.
Keluarga Tohap yang hadir pada saat itu terdiri dari Horas, istri Horas, sepupu Tohap, dan paman Tohap. Semua langsung bangkit berdiri. Termasuk istri Tohap. Sementara Tohap tetap berada di dalam rumah karena kakinya masih belum pulih.
Semuanya menuju halaman rumah.
Cawan berisi air dan jeruk purut yang sudah dibelah dan diperas, dipegang si paranormal, dibawa ke halaman. Paranormal itu kemudia menunjuk titik yang akan digali. Titik itu, adalah lokasi dimana Tohap dulu terjatuh dari kereta, dan lokasi dimana Tohap mendapat hantaman di punggungnya oleh sesuatu yang tak terlihat dengan kasat mata.
Paranormal meniriskan air perasan jeruk purut dari cawan ke titik yang akan digali itu. Kemudian paman Tohap memulai penggalian, menggunakan parang. Tanahnya keras. Congkel punya congkel hingga kurang lebih 20 centi meter, belum ditemukan apa-apa.
Saat penggalian masih berlangsung, secara tiba-tiba paranormal itu menangis tersedu-sedu. Keluarga Tohap heran. Kenapa paranormal itu menangis. Ternyata, sebuah hal baru baru muncul dalam penerawangannya. Tondi (Jiwa) Tohap ternyata sudah sangat lemah. Sehingga ada kesulitan untuk diobati.
“Kalian bujuklah dulu tondinya itoku (si Tohap) itu. Sudah lemah tondinya,” kata si paranormal dengan air mata membasahi pipinya.
Mendengar itu, semuanya langsung kembali beranjak ke rumah. Dua orang paman Tohap yang berada di situ, langsung memeluk Tohap sambil menangis sesenggukan.
“Sehatlah kau, nak. Kuatlah tondimu,” kata mereka menguatkan.
Hal serupa juga dilakukan istri Tohap kepada suaminya itu.
“Sehatlah kau, pak. Jangan lemah tondimu. Kami semua sayang samamu,” kata istri Tohap dengan menangis tersedu-sedu.
Beberapa saat kemudian, si paranormal itu mengatakan jika tondi Tohap sudah kembali kuat. Dia pun mengajak kembali untuk melanjutkan penggalian, guna menemukan benda mistis yang diterawangnya itu.
Air perasan jeruk purut kembali ditiriskan ke titik penggalian. Kali ini, Horas yang melanjutkan penggalian. Tanah itu dikorek sekitar 15 centi meter lagi ke bawah. Kemudian, paranormal kembali menyiramkan air perasan jeruk purut. Ditunggu beberapa menit, terdengarlah bunyi buk..buk..buk..gelembung air.
“Nah..Itulah dia..Itulah dia,” kata si paranormal itu tiba-tiba setengah berteriak.
Horas dan yang lain tersentak.
“Ambillah. Ambillah,” kata si paranormal itu memerintahkan Horas.
Horas kemudian menjulurkan tangannya perlahan ke dalam tanah yang sudah di korek itu. Tangannya semakin dalam masuk ke dalam. Sekitar 25 centi meter, tiba-tiba dia merasakan menyentuh sesuatu benda agak keras. Dia kemudian menggenggamnya dan mengangkatnya. Ternyata, benda itu adalah sebuah potongan kain yang membungkus sesuatu yang belum diketahui.
“Itulah dia. Ayok bawa ke rumah,” kata si paranormal.
Dengan sigap, Horas membawa benda itu ke rumah. Langkahnya diikuti yang lain. Semua penasaran. Apa isi bungkusan itu.
Paranormal itu kemudian menyuruh Horas membuka bungkusan itu. Astaga. Ternyata isinya adalah rambut manusia didandan sedemikian rupa, sehingga sedikit seperti mirip kerangka tubuh manusia. Panjang dandanan itu sekitar 15 cm.
Selain dandanan rambut itu, di dalam bungkusan itu juga ditemukan beberapa potongan tulang belulang, dan segumpal tanah.
Horas mengatakan, sesuai penerawangan si paranormal, rambut dan tulang belulang itu adalah rambut dan tulang belulang manusia yang sudah meninggal. Tanah itu adalah tanah kuburan, dan kain pembungkus itu juga adalah kain orang yang sudah dikubur.
“Ini harus dibakar semua,” kata si paranormal.
Sebelum benda itu dibakar, kata Horas, terlebih dahulu ditaburi cabe dan garam. Ini adalah arahan dari si paranormal. Gunanya adalah supaya kekuatan mistis dari benda itu hilang, dan yang membuatnya merasa gelisah.
Di dampingi si paranormal, Horas dan yang lainnya beranjak ke halaman, untuk membakar benda itu. Bensin disiramkan. Mancis dihidupkan. Api disulut ke benda itu. Aromanya menyengat. Semua terbakar hangus.
“Itulah ceritanya. Ngeri dan sungguh menyeramkan,” kata Horas dengan raut wajah serius.
Sejak saat itu, Tohap mengaku jika kondisi fisiknya sudah mulai agak pulih. Tidak ada lagi rasa ngilu dan panas di seluruh tubuhnya seperti sebelumnya. Dimana, rasa panas dan ngilu itu membuatnya tidak bisa tidur nyenyak setiap harinya.
“Tinggal masalah kakiku inilah sekarang. Semogalah ini cepat pulih. Aku yakin betul memang, kalau penyakitku ini adalah karena guna-guna,” ujar Tohap.
TAMAT.