Wahanainfo | Medan – Forum Politisi Muda Indonesia (FPMI) Sumatera Utara melangkah maju dalam upaya memperkuat demokrasi inklusif dengan menggelar deklarasi dan workshop bertema Meretas Batas, Meningkatkan Partisipasi”pada 9 November 2024 di Java Garden Coffee. Acara ini dirancang untuk mendorong partisipasi aktif kaum rentan, termasuk perempuan dan penyandang disabilitas, dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.
Adlina, Koordinator Wilayah FPMI Sumatera Utara, membuka acara dengan menekankan pentingnya keterlibatan semua pihak dalam memastikan Pilkada yang inklusif dan adil bagi seluruh lapisan masyarakat.
“Saya mengajak seluruh pihak untuk bekerja sama dan saling mendukung, memastikan bahwa Pilkada ini menjadi milik kita bersama, bukan hanya milik segelintir orang. Mari kita meretas batas dan menjadikan inklusivitas sebagai pilar demokrasi kita,” tegas Adlina penuh semangat.
Acara ini turut dihadiri oleh Laili Zailani, Ketua Dewan Ahli Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI) Sumatera Utara, yang mengupas tantangan yang dihadapi perempuan dalam sistem sosial yang patriarkis.
“Dalam budaya patriarki yang kuat, perempuan sering kali dianggap tidak perlu terlibat dalam keputusan politik, hanya urusan domestik. Persepsi ini dapat membuat perempuan merasa suara mereka kurang berharga dan tidak penting dalam Pilkada Selain itu, akses informasi terkait Pilkada yang terbatas, menyebabkan perempuan kurang memahami kandidat dan isu-isu yang dibahas dalam Pilkada. Ini mengurangi kualitas partisipasi Perempuan sebagai pemilih. Artinya, Pilkada inklusif masih jauh dari harapan,” ujar Laili Zailani, menyuarakan keprihatinannya dengan penuh empati.
Radja Sinaga, seniman dari Medan Teater sekaligus penyandang disabilitas yang juga hadir sebagai narasumber menggarisbawahi kendala yang dihadapi kaum disabilitas dalam berpartisipasi dalam Pilkada kurangnya sosialisasi dan fasilitas yang siapkan negara dalam memenuhi hak-hak kaum disabilitas
“Pilkada inklusif untuk penyandang disabilitas yang termasuk kaum rentan masih belum diberikan ruang sebesar-besarnya. Hal itu terlihat dari kurangnya sosialisasi, kecakapan penyelenggara, dan fasilitas yang memadai. Padahal, secara konstitusi, mereka memiliki hak yang sama dengan warga negara lainnya,” jelas Radja dengan tegas, menyuarakan harapannya untuk perubahan.
Brian Harefa, tokoh gen Z yang juga musisi yang dikenal aktif mengadvokasi hak kaum rentan, menambahkan pentingnya langkah konkret untuk mendukung partisipasi kelompok ini dalam Pilkada.
“Pilkada inklusif untuk kaum rentan mempunyai tantangan dan hambatan tersendiri. Oleh sebab itu, penyelenggara wajib menyediakan fasilitas seperti akomodasi, transportasi, dan sosialisasi yang memadai. Ini penting untuk menghilangkan faktor-faktor yang menghalangi keikutsertaan kaum rentan dalam Pilkada. Mensosialisasikan dan mempromosikan peran penting kaum rentan dalam memperjuangkan hak suaranya adalah tugas kita bersama,” ujar Brian penuh harap.
Melalui deklarasi dan workshop ini, FPMI Sumatera Utara berharap dapat menumbuhkan kesadaran dan komitmen masyarakat luas, agar Pilkada 2024 benar-benar menjadi momen demokrasi yang inklusif, merangkul semua golongan, dan memperkuat komitmen pada prinsip kesetaraan.
Pilkada 2024 harus menjadi momentum untuk memperkokoh komitmen kita terhadap prinsip inklusivitas. Partisipasi seluruh lapisan masyarakat adalah fondasi menuju masa depan yang lebih adil dan setara. Dengan semangat gotong-royong dan empati, kita bisa menciptakan pemilihan yang benar-benar melibatkan semua orang,”tutup Adlina. (Jontama)