WAHANAINFO.COM – Langkah PTPN IV Kebun Sidamanik mengkonversi kebuh teh menjadi sawit, menuai reaksi dari berbagai elemen. Setelah sejumlah masyarakat Sidamanik bereaksi dengan berunjuk rasa menolak program konversi tersebut pada 14 Juni 2022, kali ini, Anggota DPRD Simalungun Hendra Sukmana Sinaga juga ikut angkat bicara.
Hendra Sinaga meminta PTPN IV melakukan pengkajian ulang terhadap program konversi teh ke sawit tersebut. Dia katakan, program serupa juga sudah pernah menuai penolakan pada tahun 2011.
“Konversi itu sudah pernah ditolak masyarakat pada tahun 2011 lalu. Kenapa sekarang diwacanakan lagi? Tentu masyarakat akan kembali menolak,” ujar Hendra.
Dia mengatakan, wilayah perkebunan teh Sidamanik merupakan areal vital sebagai daerah tangkapan air penyangga Danau Toba. Karena itu, jika kebuh teh dikonversi menjadi sawit, akan berakibat banjir jika musim penghujan dan berpotensi menimbulkan bencana alam longsor di perbukitan sekitar Danau Toba yang titiknya se arah dengan areal perkebunan Sidamanik.
“Kebun teh ini sangat penting menyangkut tangkapan atau penyangga Danau Toba,” kata Hendra.
Dampak yang ditimbulkan akibat konversi dari kebuh teh menjadi sawit, lanjut Hendra, dapat dilihat secara langsung di daerah kebun Marjandi. Dimana, setiap datang hujan, daerah di sekitarnya langsung banjir.
“Efek teh dikonversi jadi sawit, sudah membawa dampak negatif di kawasan Panei Tongah, Kabupaten Simalungun. Sedikit hujan, langsung banjir,” ucapnya.
Hendra mengaku telah mengamati dan menerima sejumlah aspirasi penolakan konversi dari masyarakat. Secara pribadi, dirinya tidak setuju kebun teh dikonversi menjadi sawit, karena akan berdampak pada perubahan iklim, rawan banjir, dan dampak buruk lainnya.
“Kita minta program itu ditinjau ulang. Karena akan membawa dampak buruk pada lingkungan masyarakat,” pungkas pria pemilik gelar Magister Hukum itu. (Jos)