WAHANAINFO.COM – Kebun teh Sidamanik, kini menjadi salah satu lokasi wisata yang banyak dikunjungi wisatawan lokal dan nasional. Tak hanya hari libur, di momen hari kerja pun, kebun milik PTPN IV yang berlokasi di Kecamatan Sidamanik, Kabupaten Simalungun, Sumut ini selalu dikunjungi wisatawan.
Pemandangan yang indah yang tersuguh di lokasi ini, membuat rasa lelah dan kepenatan dapat terlampiaskan. Setiap wisatawan yang sengaja berkunjung atau sekedar mampir, selalu memanfaatkan momen untuk berselfie ria.
Background (latar belakang) untuk berswafoto, dihiasi pemandangan yang eksotis. Hamparan tanaman teh yang hijau menyegarkan mata, bebukitan, dan pepohonan. Semua itu memiliki nilai estetika yang tinggi.
Selain pengaruh keindahannya, ternyata ada hal yang menjadi faktor daya tarik di sini. Di sekitaran kebuh teh, terdapat sejumlah tempat pemandian yang tidak kalah menarik.
Ada air terjun Bah Biak, pemandian Bah Damanik, dan pemandian Simata Huting. Airnya sangat segar, mengalir dari mata air di lokasi pemandian itu. Pengunjung di tiga lokasi ini selalu membludak, apabila masa libur telah tiba.
Nah, bagi kamu yang ingin berkunjung ke kebun teh Sidamanik, apabila berangkat dari Medan, kamu bisa memilih dua rute. Apakah rute dari Kabanjahe, atau dari Pematangsiantar.
Ini rute dari Kabanjahe: Medan-Kabanjahe- Merek Situnggaling-Tiga Runggu- Bukit Indah Simarjarunjung-Sidamanik. Untuk menuju lokasi dari Kota Medan, waktu tempuh sekitar 3-4 jam.
Sementara rute dari Pematangsiantar: Medan- Tebing- Pematangsiantar-Sidamanik. Karena dari rute ini melalui jalan tol Medan-Tebing, diperkirakan hanya membutuhkan waktu paling lama 3 jam.
Terkait harga tiket ke lokasi kebun teh, gratis. Hanya saja, untuk wisata pemandian dikenakan biaya Rp 2-5 ribu per orang. Kuliner di sekitaran lokasi mayoritas menyediakan makanan nasional. Harganya relatif murah. Bagi kamu yang merasa penasaran? Silahkan segera berkunjung!
Hendak Dikonversi Menjadi Sawit
Saat ini sedang hangat dibahas, terkait adanya rencana dari pihak PTPN IV mengganti tanaman teh di perkebunan Sidamanik menjadi sawit. Sejumlah elemen baik dari kelompok masyarakat, pegiat lingkungan, organisasi mahasiswa dan pemuda, hingga anggota legislatif, menyatakan sikap menolak konversi tersebut.
Alasan penolakan secara umum sama, yakni menyangkut masalah dampak lingkungan. Dimana, pergantian jenis komoditi tersebut diprediksi akan berdampak buruk terhadap lingkungan hidup. Resapan air di musim hujan akan sangat buruk yang berakibat pada banjir dan longsor.
Fakta dari dampak buruk terhadap lingkungan itu menurut sejumlah elemen yang melakukan penolakan konversi ini, dapat dilihat di daerah PTPN IV Unit Marjandi. Dimana, sebelum tanaman teh di lokasi ini diganti menjadi sawit, wilayah Panei Tongah, Kabupaten Simalungun, tidak pernah mengalami kebanjiran di musim hujan. Namun, setelah dilakukan konversi, Panei Tongah saat ini menjadi langganan banjir di musim hujan.
Lantas, bagaimana jika tanaman teh di PTPN IV Unit Sidamanik diganti menjadi sawit? Akankah daerah ini menjadi langganan banjir? Masih datangkah wisatawan berkunjung ke daerah ini?
Ataukah kebun teh Sidamanik dengan panoramanya yang menakjubkan hanya tinggal kenangan?
Jika ini terjadi, kita hanya akan menunggu sebaris kalimat yang akan terngiang di dalam benak, yakni : Kebun Teh, Hanya Tinggal Kenangan. (Jos/Candra)