https/wahanainfo.com /Kabupaten Bekasi – Majlis Ta’lim yang tergabung dan didukung oleh dari beberapa Lembaga Majlis di Kabupaten Bekasi , Majlis Ta’lim yang dipimpin oleh Al-Ustadz Kiyai Achmad Suhaeri, mengadakan kegiatan berbagi “Bubur Syuro”, dibagikan kepada penguna jalan yang melintas, dengan jumlah 700 porsi, di depan Gerbang Perumahan Sukaraya Indah, Desa Sukaraya, Kecamatan Karang Bahagia, Kabupaten Bekasi, Minggu (06/07/2025).
Kegiatan ini pun dilakukan dibeberapa daerah, pada 10 Muharam/Asyura selain melakukan ibadah-ibadah sunah yang sudah masyhur seperti puasa, shodaqoh, menyantuni anak yatim, memakai celak hitam dan lain sebagainya, dikenal juga shodaqoh dengan “Bubur Syuro”.
Al-Ustadz Kiyai Achmad Suhaeri, menjelaskan dan memberikan keterangan terkait Sejarah Tradisi Membuat Bubur Syuro pada 10 Muharam serta Awal Memasak di Muka Bumi (Membubur Syuro), hal ini berkaitan dengan sejarah Anbiya, merujuk, mengutip, referensi dari berbagai Kitab Para Ulama Masyhur.
Dan di beberapa tempat di indonesia biasanya masyarakat membuat bubur dari berbagai macam biji-bijian, diantaranya dari :
1. Beras putih,
2. beras merah,
3. kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian lainnya.
Kemudian semuanya dimasak menjadi bubur dan selain untuk dimakan dengan keluarga, juga dibagikan/dishodaqohkan kepada anak-anak yatim dan dhua’fa serta muslimin yang melaksanakan puasa, atau dimakan saat buka puasa hari tersebut.
Tradisi membuat bubur syuro ini, yaitu mengikuti apa yang pernah dikerjakan oleh Nabi Nuh AS dan kaumnya.
Referensi dalam Kitab Bada`iu Zhuhur versi dan karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafy , halaman 64 (versi lain karangan imam suyuthi) di sebutkan sebagai berikut :
Artinya: Imam Atsa’laby berkata : perahu Nabi Nuh AS mendarat sempurna disebuah gunung bertepatan tanggal 10 Muharam/hari Asyura, maka Nabi Nuh melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada Hari Asyura sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dan diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh AS, juga melaksanakan puasa.
Kemudian Nabi Nuh AS mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat kemudian nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu, ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak kemudian disatukan dan dijadikan makanan.
Dan selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya Nabi Nuh AS dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu (Bubur dalam bahasa kita) pada hari Asyura/10 muharam.
Semoga Bermanfaat dan Menambah Wawasan.
Narasumber : Al-Ustadz Kiyai Achmad Suhaeri
(Pewarta.:suganda)