*https/wahanainfo .com* | Bekasi Rabu malam(02/jul/2025) Diacara pengajian Rutin dikatakannya oleh *Ustadz Ahmad Suhaeri* tradisi pembagian bubur syuro sudah ada sejak dahulu. ini sudah menjadi tradisi ,ucapannya dalam acara obrolan Dimajlisnya yang berada di kampung pulo rt 08/03 Desa Sukaraya kecamatan Karangbahagia Kabupaten bekasi.
Dijelaskan juga oleh *Ustadz Achmad Suhaeri,*
Tentang SEJARAH : TRADISI MEMBUAT BUBUR SYURO PADA 10 MUHARAM
Dibeberapa daerah, pada 10 Muharam/Asyuro selain melakukan ibadah-ibadah sunah yang sudah masyhur seperti puasa, shodaqoh, menyantuni anak yatim , memakai celak hitam dan lain sebagainya. dikenal juga shodaqoh dengan *Bubur Syuro.*
Dan di beberapa tempat di indonesia biasanya masyarakat membuat bubur dari berbagai macam biji-bijian, diantaranya dari :
1. Beras putih,
2. beras merah,
3. kacang hijau dan beberapa lagi jenis biji-bijian lainnya.
Kemudian semuanya dimasak menjadi bubur dan selain untuk dimakan dengan keluarga,juga dibagikan/dishodaqohkan kepada anak-anak yatim dan dhua’fa serta muslimin yang tidak melaksanakan puasa,atau dimakan saat buka puasa hari tsb.
Tradisi membuat bubur syuro ini, yaitu mengikuti apa yang pernah dikerjakan oleh Nabi Nuh AS dan kaumnya,
Referensi dalam Kitab Bada`iu Zhuhur versi dan karangan Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Iyas Al-Hanafy , halaman 64 (versi lain karangan imam suyuthi) di sebutkan sebagai berikut :
Artinya: Imam Atsa’laby berkata : perahu Nabi Nuh AS mendarat sempurna disebuah gunung bertepatan tanggal 10 Muharam / hari Asyura , maka Nabi Nuh melakukan puasa pada hari itu dan memerintahkan kepada kaumnya yang ikut dalam perahunya untuk melakukan puasa pada Hari Asyura sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Dan diriwayatkan bahwa seluruh binatang dan hewan yang ikut dalam perahu Nabi Nuh AS. juga melaksanakan puasa. Kemudian Nabi Nuh AS mengeluarkan sisa perbekalan selama terapung dalam kapal, tidak banyak sisa yang didapat kemudian nabi Nuh mengumpulkan sisa biji-bijian itu , ada tujuh macam jenis biji-bijian dan jumlahnya tidak banyak kemudian disatukan dan dijadikan makanan. dan selanjutnya pada tahun-tahun berikutnya Nabi Nuh AS dan kaumnya selalu membuat makanan seperti itu (Bubur dalam bahasa kita) pada hari Asyura/10 muharam.___Tentang kejadian yang bertepatan dengan tanggal 10 Muharam serta Hari Awal Memasak di Muka Bumi (Membubur Syura)
Artinya: *PASAL TENTANG PUASA SUNAH*
Dan yang ke dua adalah puasa ‘ASYURO, yaitu hari ke sepuluh di bulan Muharrom.
Rosululloh SAW. Pernah ditanya tentang itu, dan beliau menjawab: “(puasa ‘Asyuro) menjadi kifarat (dosa) satu tahun yang telah lalu”.
Adapun Puasa ‘Arofah (9 dzulhijjah) mengkifarati (dosa) untuk dua tahun (satu tahun ke belakang dan satu tahun ke depan), sementara Puasa ‘Asyuro mengkifarati untuk satu tahun kebelakang saja, itu karena Puasa ‘Arofah adalah hari Nabi kita Muhammad SAW., sementara Puasa ‘Asyuro adalah hari para Nabi AS. selain Nabi Muhammad SAW.
Dimana Nabi kita Muhammad SAW. adalah Afdlolul Anbiya, (dengan keunggulan itu) maka harinya (‘Arofah) sebanding untuk dua tahun. (dan juga kenapa Puasa ‘Arofah punya nilai lebih dibanding Puasa ‘Asyuro yang mana Puasa ‘Asyuro memiliki beberapa kelebihan menyangkut kisah Para Nabi) karena kelebihan (pada diri para Nabi) tidak menuntut (berimplikasi) kepada Kefadlihan (yang bisa mengalahkan kefadlihan Nabi Muhammad SAW)
Artinya: Dihikayatkan, bahwa ketika perahu Nabi Nuh AS. sudah berlabuh (siap digunakan) pada hari ‘asyuro, beliau berkata kepada kaumnya: “kumpulkanlah semua perbekalan yang ada pada diri kalian!”. Lalu beliau menghampiri (mereka) dan berkata: “(ambillah) kacang fuul (semacam kedelai) ini sekepal, dan ‘adas (biji-bijian) ini sekepal, dan ini dengan beras, dan ini dengan gandum dan ini dengan jelai (sejenis tumbuhan yang bijinya/buahnya keras dibuat tasbih)”. Kemudian Nabi Nuh berkata: “Pasaklah semua itu oleh kalian!, niscaya kalian akan senang dalam keadaan selamat”. Dari peristiwa ini maka kaum muslimin (terbiasa) memasak biji-bijian. Dan kejadian di atas merupakan *Praktik Memasak/Membubur yang Pertama Kali Terjadi diatas Muka Bumi* setelah kejadian topan. Dan juga peristiwa itu dijadikan (inspirasi) sebagai kebiasan setiap Hari ‘Asyuro.
Artinya: Dinuqil dari sebagian Afadlil (orang-orang yang biasa melakukan hal yang paling utama), bahwa amal-amal pada Hari ‘Asyuro ada dua belas macam amal :
1. Sholat, dan yang paling utama adalah sholat tasbih
2. Puasa
3. Sodaqoh
4. Memberi keleluasaan kepada keluarga (seperti dengan memberi nafkah lebih dari hari-hari biasanya)
5. Mandi
6. Mengunjungi orang ‘alim yang solih
7. Menengok orang sakit
8. Mengusap kepala anak yatim
9. Bercelak
10. Memotong kuku
11. Membaca QS. Al ikhlash 1.000 kali
12. Silaturahim
Tentang puasa dan memberi keleluasaan kepada keluarga (keterangannya) tercatat dalam beberapa hadits, adapaun yang lainnya tidak ada
Artinya: Imamul Muhadditsin Ibnu Hajar Al-‘Asqolany dalam Syarah Al bukhory mengatakan : “(ada) beberapa kalimat (dzikir) yang barang siapa membacanya pada hari ‘Asyuro, maka hatinya tidak akan mati” kalimat tersebut yaitu…
1. SUBHAANALLOH MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.
Artinya: Maha suci Allah dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.
2. WALHAMDULILLAH MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.
Artinya: Dan Segala puji bagi Alloh dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.
3. WALLOHU AKBAR MIL-AL MIIZAANI WA MUNTAHAL ‘ILMI WA MABLAGHOR RIDLOO WA ZINATAL ‘ARSYI.
Artinya: Dan Maha besar Allah dengan sepenuh timbangan dan (sampai) dengan puncak ilmu dan (sampai) dengan batas akhir ridlo dan dengan beratnya ‘arasy.
4. LAA MALJA-A WALAA MANJAA MINALLOH ILLAA ILAIHI.
Artinya: Tidak ada perlindungan dan tidak ada keselamatan dari Alloh kecuali kepadanya.
5. SUBHAANALLOH ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA
Artinya: Maha suci Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.
6. WALHAMDULILLAH ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA
Artinya: Dan Segala puji bagi Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.
7. WALLOHU AKBAR ‘ADADASY SYAF’I WAL WATRI WA ‘ADADA KALIMAATILLAHIT TAAMMAATI KULLIHAA
Artinya: Dan Maha besar Alloh dengan (sebanyak) bilangan genap dan ganjil dan dengan (sebanyak) bilangan kalimat-kalimat Alloh yang semuanya sempurna.
8. AS-ALUKAS SALAAMATA BIROHMATIKA YAA ARHAMAR ROOHIMIIN WALAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAHIL ‘ALIYYIL ‘AZHIIM
Artinya: Aku memohon keselamatan kepadamu dengan rohmatmu, wahai dzat yang pengasih diantara para pengasih!, dan tidak ada daya dan kekuatan kecuali oleh Alloh yang maha tinggi dan agung.
9. WASHOLLALLOHU ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMADIN WA ‘ALAA AALIHI WA SHOHBIHII AJMA’IIN WALHAMDULILLAHI ROBBIL ‘AALAMIIN
Artinya: Sayyid ‘Aly Al-Ajhuri menuqil, bahwa orang yang membaca
“HASBIYALLOHU WANI’MAL WAKIIL NI’MAL MAULAA WANI’MAN NASHIIR” sebanyak 70 kali pada hari ‘asyuro, maka Allah akan mencegah darinya kejelekan yang ada pada tahun itu.
Artinya: Para ulama mengatakan bahwa hari asyuro memiliki beberapa kelebihan atau Keistimewaan dibanding dengan hari-hari yang lain, yaitu:
1. Diciptakannya Nabi Adam AS di dalam surga
2. Diterimanya taubatu Nabi Adama AS di dalam surge
3. Naik dan sejajarnya perahu Nabi Nuh AS dengan bukit Juudy
4. Terbelahnya laut untuk Nabi Musa AS
5. Tenggelamnya Fir’aun di dasar laut
6. Dikeluarkannya Nabi Yunus AS dari peruta ikan
7. Dikeluarkannya Nabi Yusuf AS dari sumur
8. Diterimanya taubat umat Nabi Yunus AS
9. Dilahirkannya Nabi Ibrohim AS
10. Selamatnya Nabi Ibrohim AS dari api
11. Dilahirkannya Nabi Isa AS
12. Diangkatnya Nabi Isa AS ke langit
13. Dikembalikannya penglihatan Nabi Ya’qub AS
14. Dibuka (dihilangkan)nya madlorot yang mendera Nabi Ayyub AS
15. Diampuninya Nabi Dawud AS
Dan yang ke tiga adalah puasa hari TASU’A, yaitu hari ke Sembilan dari bulan Muharrom. Rosululloh bersabda: “andai aku (masih) hidup pada tahun depan, niscaya aku akan berpuasa pada hari ke Sembilan dan ke sepuluh (dari bulan Muharrom)”. (hanya saja) beliau keburu wafat. Demikian risalah kecil ini, semoga bermanfaat dan kita diberi kemampuan oleh Allah untuk melaksanakannya. Amin.
Referensi: Nihayatuz Zain hal 195-197, versi kitab asli cetakan Daru Ihya Kutubur Robiyyah.
[ Referensi Nihayatuz Zain juz I hal 196-197, Maktabah asysyamilah ].
Semoga Bermanfaat dan Menambah Wawasan . Pangkasnya ” Ustadz Achmad suhaeri kepada media. (Red) (pewarta suganda) .