Penulis: Mila Audia Putri
Wahanainfo | Sibolga – Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki keindahan laut dan pantai yang luar biasa. Namun, di balik keindahan tersebut, terdapat masalah serius yang harus diperhatikan, yakni pencemaran sampah, terutama sampah plastik sekali pakai.
Sampah-sampah tersebut apabila dibiarkan terus menerus, akan mencemari laut dan pesisir, merusak ekosistem laut, serta merusak keindahan alam.
Permasalahan tersebut sudah sepatutnya menjadi tanggung jawab bersama. Namun, pada kenyataannya masih banyak yang kurang menyadari pentingnya menjaga lingkungan.
Di tengah kesibukan generasi muda dengan urusan pribadi, hadir sosok Yuli Efriani, seorang pegiat lingkungan asal Kota Sibolga dan merupakan alumni Teknik Lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU), yang konsisten dalam upayanya mengatasi permasalahan ini.

Bermodalkan tekad yang kuat, perempuan yang akrab disapa Yu ini, telah mendirikan Komunitas Seabolga, sebuah komunitas yang fokus pada pengelolaan sampah laut dan pesisir. Seabolga, lahir dari sebuah keresahan terhadap kondisi sampah di Kota Sibolga.
“Seabolga terbentuk karena adanya rasa khawatir kami sebagai anak daerah yang tinggal dan besar di Sibolga. Kami melihat sejumlah daerah sekitar yang mulai rusak karena sampah sehingga membuat kami tidak bisa lagi bermain seperti biasa di daerah tersebut,” ujar Yuli.
Sejak berdiri pada 2019, Seabolga aktif melibatkan anak muda dari Sibolga hingga Sumatera Utara untuk peduli pada lingkungan, khususnya dalam hal pengolahan sampah pesisir. Seabolga, terus berupaya mengajak masyarakat sekitar untuk lebih peduli pada lingkungan dan menerapkan kebiasaan dalam memilah sampah, seperti sampah organik, non organik, dan B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun).
Hal ini dapat dilihat melalui aksi nyata Seabolga dalam melakukan Aksi Peduli Lingkungan (APL) di daerah wisata Sibolga. Selain itu, Seabolga juga mengadakan sosialisasi kepada siswa-siswi di bangku sekolah Sumatra Utara (Sumut) melalui program Seabolga Goes to School (SGTS).
Perjalanan Yuli membangun Seabolga tidak selalu mulus. Pada awalnya, ia sempat merasa putus asa, terutama ketika teman-teman relawan datang dan pergi. “Tetapi, saya akhirnya menemukan ketika sedang low, kita harus mencari teman yang punya preferensi yang sama, sehingga kita bisa saling menguatkan. Sekarang alhamdulillah selama dua tahun pencarian, akhirnya bisa menemukan,” ujar Yuli.
Kini, Seabolga terus berkembang dengan tujuh anggota inti dan 30-40 relawan yang tengah dalam proses memperluas jangkauan programnya ke beberapa wilayah pesisir di Sumatera Utara, termasuk daerah pesisir Belawan.
Meskipun disibukkan oleh aktivitas di bidang lingkungan, Yuli berhasil meraih berbagai penghargaan, baik nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya adalah Young Southeast Asian Leaders Initiative Academic Fellowship dari Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, 12 Top Ideas at Youth Innovation Challenge dari Asosiasi Pendidikan Lingkungan Amerika Utara (NAAEE), dan Indonesia Women’s Earth Alliance Grassroots dari Women’s Earth Alliance Indonesia and Global.
Hingga kini, Yuli juga aktif menjadi pembicara di berbagai seminar dan workshop yang bertema lingkungan, perubahan iklim, serta gerakan perempuan muda dan bekerja sama dengan komunitas-komunitas sosial lainnya.
Bagi Yuli, anak muda memiliki potensi besar untuk memberi dampak positif bagi masyarakat. Ia berpesan kepada generasi muda agar tidak ragu mencoba hal baru dan berani membuat perubahan.
“Selagi masih muda jangan takut buat mencoba, tidak masalah kalau salah tapi setidaknya kamu sudah mencoba, sehingga kamu sudah tahu rules atau formula hidupmu seperti apa. Selagi masih muda, sangat dianjurkan menjadi lebih bermanfaat buat orang-orang dalam skala yang lebih luas,” tutur Yuli. (Rel/Red)